Corresponding Author; Muhammad Gali Azari
E-mail: 19211030@unima.ac.id
Pendahuluan
Wisata kuliner merupakan salah satu aset wisata Indonesia yang dominan, hal ini terlihat
dari keragaman hasil rempah-rempah yang ada di Indonesia yang mempergaruhi keragaman
masakan (Ridha, 2020). Setiap daerah pasti memiliki kuliner yang berbeda-beda termasuk dalam
penyajiannya, Sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk mengunjugi.
Dimana parawisata erat kaitannya atau bahkan tidak bisa dipisahkan dengan kuliner yang di
miliki oleh masing-masing daerah. Menurut Harsana (2009) Wisata Kuliner adalah kegiatan
perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut yang di lakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati makan atau minuman (PUTRI & IRFANDI, 2019).
Untuk meningkatkan pendapatan daerah, Pemerintah Daerah kini mulai meningkatkan
potensi pariwisata. Usaha mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU No. 10
Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan antara lain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), kemudian
berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pasal 14 Ayat 1 disebutkan bahwa jasa makanan
dan minuman merupakan salah satu usaha pariwisata (Nugraha, 2023).
Kota tondano merupaka salah satu lokasi yang strategi sebagai pusat kegiatanwilayah
(PKW), sebagaimana yang di maksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a, yang merupakan pusat
pertumbuhan kegiatan (RW/RT Kabupaten Minahsa). Kota Tondano adalah ibu kota Kabupaten
Minahasa yang memiliki 4 kecamatan dan berada di provinsi Sulawesi Utara (Tanod et al., 2020).
Kota Tondano memiliki udara yang sejuk serta alami, mempunyai berbagai keindahan alam yang
sangat mempersonaz mulai dari alam pergunungan, persawahan, kuliner, pantai dan danau
yang mempunyai nilai sejarah dan budaya lokal yang kuat (Triatmo et al., 2021).
Kabupaten Minahasa memiliki sumber daya alam yang potensial untuk dijadikan
sebagai objek wisata. Salah satunya adalah Danau Tondano. Danau Tondano memiliki luas 4.700
hektar dan berada pada ketinggian 600 meter dari atas permukaan laut dengan kedalaman danau
sekitar 15 meter, dan juga di kelilingi oleh pergunungan serta dataran tingggi (Triatmo et al.,
2021). Danau ini diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan
Gunung Masarang (Sudrajat & Bintoro, 2016). Dilingkari dengan jalan provinsi yang
menghubungkan Kota Tondano, Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Kakas, Kecamatan
Remboken, dan Kecamatan Tondano Selatan, sekitar 3 km dari Kota Tomohon atau 30 km dari
Manado (Moningka & Suprayitno, 2019).
Danau Tondano sangat layak untuk dijadikan Center Point pengembangan pariwisata
daerah Kabupaten Minahasa. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadis Budpar)
Kabupaten Minahasa, Agustivo Tumundo, mengatakan seputaran Danau Tondano, Minahasa,
Sulawesi Utara, akan dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bidang Pariwisata. Objek
wisata Danau Tondano memang menjadi salah tujuan wisatawan, hal ini di karenakan Danau
Tondano tidak kalah menarik dengan pontesi yang ada di danau terbesar Indonesia yakni Danau
Toba. Pemadangan Danau Tondano yang teduh dan menyejukan di hiasi dengan pemadangan
gunung dan perahu para nelayan yang sedang menangkap ikan. Danau ini juga merupakan
penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, gabus, payangka wiko (udang kecil), arwana, sepat,
tawes, lobster hitam dan ikan air tawar lainnya. Namun pada kenyataanya potensi yang ada di
Danau Tondano belum dimanfaatkan dengan baik seperti kurang fasilitas umum sebagai sarana