Jurnal Teknik Indonesia
Volume 2 Nomor 7 Juli 2023
https://jti.publicascientificsolution.com/index.php/rp
73
PERANCANGAN PUSAT KULINER DANAU TONDANO DI MINAHASA
Muhammad Gali Azari1, M.Y. Noorwahyu Budhyowati2, Ferrly Ferol Warouw3
Universitas Negeri Manado
19211030@unima.ac.id
Abstract
Lake Tondano is of little interest because of the lack of attractiveness for visitors, starting from the lack
of recreation areas, parking lots, infrastructure and other supporting facilities. The research method used
refers to a detailed method and has a clear design flow so as to produce a result in the form of concepts
that will be displayed in the final design results later. Data Collection Techniques such as primary data,
secondary data, design parameters, analysis and concepts, design concepts. The results obtained are the
Design of the Danau Tondano Culinary Center in Minahasa which can answer the problems obtained
and provide facilities that are able to accommodate existing potentials as well as the results of the design
of the Lake Tondano culinary center which is unique and attractive with an approach from Neo-
Vernacular architecture The thesis with the title Center Design Lake Tondano Culinary in Minahasa
with a Neo-Vernacular Architecture theme approach, located in Indonesia, North Sulawesi, West
Tondano District, Minahasa Regency, Jl. Langowan-Tondano, Masarang. This design provides facilities
that are able to accommodate the needs of tourists. In this design a predictable result is that the Design
Results of the Lake Tondano Culinary Center can provide facilities that are able to accommodate existing
potential and the Design Results of the Unique Lake Tondano Culinary Center and apply the application
of Neo-Vernacular Architecture
Keywords : lake tondano, minahasa traditional culinary, neo-vernacular architectural approach.
Abstrak
Danau Tondano ini sedikit peminat karena kurang daya tarik pengunjung mulai dari kurang
tempat rekreasi, tempat parkir, infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya. Metode
penelitian yang digunakan mengacu pada metode yang terperinci serta memiliki alur
perancangan yang jelas sehingga mengahasilkan sebuah hasil berupa konsep-konsep yang
akan ditampilkan pada hasil akhir desain nantinya. Teknik Pengumpulan Data seperti data
primer, data sekunder, parameter desain, analisa dan konsep, konsep desain. Hasil yang
didapat yaitu Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahasa yang dapat menjawab
permasalahan yang didapat serta menyediakan fasilitas-fasilitas yang mampu mewadahi
pontesi yang ada serta hasil rancangan pusat kuliner danau tondano yang khas dan menarik
dengan pendekatan dari arsitektur Neo-VernakularSkripsi dengan judul Perancangan Pusat
Kuliner Danau Tondano Di Minahasa dengan pendekatan tema Arsitektur Neo-Vernakular,
yang berlokasi di Indonesia, Sulawesi Utara, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa,
Jl. Langowan-Tondano, Masarang. Perancangan ini menyediakan fasilitas-fasilitas yang
mampu mewadahi keperluan wisatawan. Dalam perancangan ini hasil yang dapat
diprediksikan ialalah, Hasil Rancangan Pusat Kuliner Danau Tondano dapat menyediakan
fasilitas-fasilitas yang mampu mewadahi pontensi yang ada dan Hasil Rancangan Pusat
Kuliner Danau Tondano yang Khas dan menerapkan penerapan dari Arsitektur Neo-
Vernakular.
Kata Kunci: danau tondano, kuliner tradisional minahasa, pendekatan arsitektur neo-
vernakular.
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
74
Corresponding Author; Muhammad Gali Azari
E-mail: 19211030@unima.ac.id
Pendahuluan
Wisata kuliner merupakan salah satu aset wisata Indonesia yang dominan, hal ini terlihat
dari keragaman hasil rempah-rempah yang ada di Indonesia yang mempergaruhi keragaman
masakan (Ridha, 2020). Setiap daerah pasti memiliki kuliner yang berbeda-beda termasuk dalam
penyajiannya, Sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk mengunjugi.
Dimana parawisata erat kaitannya atau bahkan tidak bisa dipisahkan dengan kuliner yang di
miliki oleh masing-masing daerah. Menurut Harsana (2009) Wisata Kuliner adalah kegiatan
perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut yang di lakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati makan atau minuman (PUTRI & IRFANDI, 2019).
Untuk meningkatkan pendapatan daerah, Pemerintah Daerah kini mulai meningkatkan
potensi pariwisata. Usaha mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU No. 10
Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan antara lain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), kemudian
berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 2009 pasal 14 Ayat 1 disebutkan bahwa jasa makanan
dan minuman merupakan salah satu usaha pariwisata (Nugraha, 2023).
Kota tondano merupaka salah satu lokasi yang strategi sebagai pusat kegiatanwilayah
(PKW), sebagaimana yang di maksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a, yang merupakan pusat
pertumbuhan kegiatan (RW/RT Kabupaten Minahsa). Kota Tondano adalah ibu kota Kabupaten
Minahasa yang memiliki 4 kecamatan dan berada di provinsi Sulawesi Utara (Tanod et al., 2020).
Kota Tondano memiliki udara yang sejuk serta alami, mempunyai berbagai keindahan alam yang
sangat mempersonaz mulai dari alam pergunungan, persawahan, kuliner, pantai dan danau
yang mempunyai nilai sejarah dan budaya lokal yang kuat (Triatmo et al., 2021).
Kabupaten Minahasa memiliki sumber daya alam yang potensial untuk dijadikan
sebagai objek wisata. Salah satunya adalah Danau Tondano. Danau Tondano memiliki luas 4.700
hektar dan berada pada ketinggian 600 meter dari atas permukaan laut dengan kedalaman danau
sekitar 15 meter, dan juga di kelilingi oleh pergunungan serta dataran tingggi (Triatmo et al.,
2021). Danau ini diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan
Gunung Masarang (Sudrajat & Bintoro, 2016). Dilingkari dengan jalan provinsi yang
menghubungkan Kota Tondano, Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Kakas, Kecamatan
Remboken, dan Kecamatan Tondano Selatan, sekitar 3 km dari Kota Tomohon atau 30 km dari
Manado (Moningka & Suprayitno, 2019).
Danau Tondano sangat layak untuk dijadikan Center Point pengembangan pariwisata
daerah Kabupaten Minahasa. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadis Budpar)
Kabupaten Minahasa, Agustivo Tumundo, mengatakan seputaran Danau Tondano, Minahasa,
Sulawesi Utara, akan dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bidang Pariwisata. Objek
wisata Danau Tondano memang menjadi salah tujuan wisatawan, hal ini di karenakan Danau
Tondano tidak kalah menarik dengan pontesi yang ada di danau terbesar Indonesia yakni Danau
Toba. Pemadangan Danau Tondano yang teduh dan menyejukan di hiasi dengan pemadangan
gunung dan perahu para nelayan yang sedang menangkap ikan. Danau ini juga merupakan
penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, gabus, payangka wiko (udang kecil), arwana, sepat,
tawes, lobster hitam dan ikan air tawar lainnya. Namun pada kenyataanya potensi yang ada di
Danau Tondano belum dimanfaatkan dengan baik seperti kurang fasilitas umum sebagai sarana
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
75
pendukung tempat pariwisata sehingga tidak ada daya tarik pengunjung untuk mengunjungi
Danau Tondano. Yang malah sebaliknya terdapat berbagai masalah yang timbul mengakibatkan
kerusakan ekosistem, salah satu contohnya adalah tumbuhnya eceng gondok di sekitar Danau
Tondano.
Gambar 1. kondisi Danau Tondano yang di tumbuhi eceng gondok
(sumber: hhtps:///google)
Dipingir bibir Danau Tondano juga terdapat berbagai jenis rumah makan kuliner Khas
Minahasa seperti ikan bakar, ikan kuah asam, woku ikan mas, cakalang fufu, nike-nike goreng,
payangka, mujair bakar woka, cumi woku, sate kolombi, dabu-dabu, rica rodo dan lainnya. Yang
menjadi unik dari masakan minahasa adalah sensasi rasa yang pedas pada setiap makanannya.
Orang minahasa bilang ‘’nimboleh makan kalo nda ada rica’’ artinya, tidak bisa makan tanpa rica
atau cabai. Rasa pedas ini seolah-olah sudah menjadi hal wajib di sulawesi utara bahkan
menyantap pisang goreng atau singkong rebus harus pakai rica-rica. Setiap orang yang makan
di rumah makan pingiran bibir Danau Tondano akan merasa ketagihan mulai dari udara yang
dingin membuat seorang menjadi mudah lapar, pemadangan yang indah, dan masakan Khas
Minahasa. Namun beberapa aspek menyebabkan tempat wisata kuliner di pingir bibir Danau
Tondano ini sedikit peminat karena kurang daya tarik pengunjung mulai dari kurang tempat
reakreasi, tempat parkir, infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya.
Beradasarkan dari data yang ada pada BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupten Minahasa.
menunjukan bahwa untuk beberapa tahun terakhir menunjukan pada setiap tahunnya terjadi
peningkatan atau invlasi jumlah wisatwan yang datang ke kabupaten minahasa, mulai dari
tahun 2011 dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berjumlah 5.020 orang dan data
terakhir tahun 2018 sebanyak 85. 100 orang, serta wisatawan nusantara tahun 2011 berjumlah
355. 100 orang dan mengalami peningkatan hingga pada tahun 2018 tercatat 1.101.000 orang.
Beradarkan tabel di bawah dapat di lihat kunjungan 2011 sampai 2018 mengalami
peningkatan wisatawan, hal ini menujukan bahwa kabupaten minahasa memiliki potensi wisata
yang menarik untuk di kunjungi oleh wisatawan nusatanra maupun mancanegara.
Tabel 1. Pergerakan Kunjugan Wisatawan Nuasantara dan Mancanegara di
Kabupaten Minahasa 2011 s.d 2018
JUMLAH WISATAWAN NUSANTARA DAN MANCANEGARA DI KABUPATEN
MINAHASA, 2011-2018
Tahun
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Nusantara
2011
5,020
360,120
2012
5,597
396,207
2013
6,299.00
455,501.00
2014
7,461
483,242
2015
18,182
672,338
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
76
2016
32,125
840,125
2017
74,758
1,075,758
2018
85,100
1,186,100
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisasta Kabupaten Minahasa
Namun dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak itu, sangat di sayangkan sumber
cagar alam Danau Tondano tidak dimanfaatkan dengan baik padahal memiliki pontensi sebagai
tujuan wisatawan yang menarik untuk di kunjungi dengan adanya fasilitas pendukung untuk
kegiatan pariwisatawan. Serta meningkatkan lagi kuliner Khas Minhasa yang sudah ada di
pingir bibir Danau Tondano sebagai daya tarik pengunjung dengan menyediakan fasilitas yang
memadai, tempat reakreasi yang menarik, dan fasilitas pendukung pariwisatawan lainnya.
Arsitektur Neo-Vernakular adalah salah satu paham aliran yang berkembang pada era
post modern, yaitu aliran arsitek yang muncul pada pertengah tahun 1960-an. Arsitektur Neo-
Vernakular muncul karena terlalu banyak kritikan pada arsitektur modern, penerapan konsep
Neo-Vernakular merupakan suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk
dan konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosofi, dan tata ruang) dengan tujuan melestarikan
unsur-unsur lokal yang telah ada dan tumbuh dari pengalaman oleh sebuah tradisi. Kemudian
sedikit atau banyaknya mengalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau
maju, akan tetapi tidak mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Pembaharuan ini dapat
dilakukan dengan upaya memperoleh tentang keadaan tertentu dengan cara yang tepat.
Bedasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa Danau Tondano memiliki
pontensi tujuan wisatawan tapi belum di manfaatkan dengan baik serta kuliner pingiran Danau
Tondano harus memiliki fasilitas yang memadai, tempat reakreasi, dan fasilitas pendukung
lainnya, yang menarik perhatian dan juga minat para wisatawan datang berkunjung. serta
memanfaatkan pontensi yang Ada di Danau Tondano. Dengan demikian judul tugas akhir ini
adalah Perancangan ’Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahasa dengan pendekatan Arsitektur Neo-
Vernakular’’ menjadi pilihan untuk mendukung judul ini, alasan tema ini di pilih karena
mengubungankan dengan lokasi yang ada dengan fungsi bangunan yang akan di rancang karena
objek dan lokasi merupakan dua hal yang berkaitan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diindentifikasi beberapa masalah yang
dihadapi yaitu sebagai berikut: Adanya sumber daya alam yg melimpah di Danau Tondano
tetapi belum dimanfaatkan dengan maksimal. Beragam hasil khas perairan Danau Tondano
yang berpotensi sebagai daya tarik wisata kuliner yang belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Fasilitas pendukung wisata kuliner yang masih belum memadai mengurangi daya tarik
pengunjung.
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
77
Metode Penelitian
Lokasi perancang terletak di JL. Langowan-Tondano, Masarang, Kec.Tondano barat,
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia. Lokasi site berdekatan dengan Danau Tondano
serta bagian Danau akan di optimalkan sebaik mungkin hingga menarik untuk di kunjungi.
Gambar 2 Lokasi Perancang Jl. Langowan-Tondano, Masarang,
Kec.Tondano barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia
(sumber: Glandmeasure)
Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, terdiri dari beberapa tahapan agar dapat memperoleh
solusi maupun jawaban dari permasalahan yang ada. Data yang digunakan terbagi dalam data
primer dan data sekunder, Parameter Desain, Analisa dan Konsep, dan Konsep Desain
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung terkait data dan
fakta yang diperlukan. Data tersebut adalah survey lapangan pada lokasi site, serta
melakukan wawancara kepada beberapa masyarakat yang ada disekitar lokasi site di JL.
Langowan-Tondano, Masarang, Kec.Tondano barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara
2. Data Skunder
Data sekunder didapatkan tanpa pengamatan secara langsung, melainkan dari beberapa
sumber tertulis berupa buku, jurnal, artikel ilmiah, atau internet. Data sekunder didapatkan
melalui tinjauan literatur dan studi komparasi.
3. Parameter Desain
Parameter Desain didapatkan melalui analisis tinjauan literatur dan objek komparasi yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya. literatur yang dianggap relavan dikaji secara
kualitatif dengan mengumpulkan beberapa unsur/elemen yang diperlukan untuk
menunjang dalam perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahas dengan pendekatan
Arsitektur Neo-Vernakular. Hasil dari kajian beberapa elemen tersebut kemudian dianalisa
dan dijadikan sebagai parameter desain. parameter desain diperlukan untuk membatasi
hasil analisis berupa konsep agar tidak melenceng dari teori yang sudah dibahas.
Hasil dan Pembahasan
Konsep Dasar
Konsep dasar merupakan gagasan awal dari sebuah perancangan yang tetap mengacu
pada Tema perancangan dan analisa-analisa yang telah di lakukan. Konsep dasar yang di
gunakan dalam perancangan ini adalah budaya-budaya minahasa dan keseharian masyrakat
minahasa dalam mencari nafkah sebagai nelayan di Danau Tondano (Rasyidah, 2018). Adapun
konsep dasar yang di pakai dalam proses penyusun ini yaitu sebagai berikut:
Bangunan Minahasa
SITE
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
78
Gambar 3. Rumah Tradisional Sulawesi Utara
Sumber: (hhtps:google)
Rumah adat Sulawesi Utara disebut dengan rumah Walewangko atau rumah pewaris
(Muhammad et al., 2021). Rumah walewangko merupakan rumah tradisional suku minahasa
yang mendiami Sulawesi Utara. Rumah walewangko atau rumah pewaris di golongkan sebagai
rumah panggung.
Yang unik dari rumah walewangko atau rumah pewaris terletak pada bagain depan
bangunan (Muhammad et al., 2021). Dimana susunan tangga berjumlah dua dan terletak di
bagian kiri dan bagian kanan rumah. Konon kabarnya dua buah tangga tersebut berkaitan erat
dengan kepercayaan suku minahasa dalam mengusir roh jahat. Apabila roah jahat naik melalui
tangga satu, maka akan turun lagi melalui tangga lainnya.
Rumah walewangko, selain berfungsi sebagai ikon budaya masyarakat suku Minhasa,
rumah adat tersebut pada masa lalu juga di gunakan sebagai rumah tinggal (Muhammad et al.,
2021). Ciri Khas dari rumah adat Minahasa terletak pada desainnya yang simetris dari tampak
depan, adanya dua tangga sebagai pintu masuk yang arahnya saling berlawanan, dan adanya
pagar berukir yang mengelilingi ruang serambi depan.
Suku Minahasa
Gambar 4. Tameng Minahasa
Sumber: (hhtps:google)
Tameng merupakan salah satu buadaya yang sangat penting yang di gunakan untuk
melindungi diri saat melawan musuh (Damela, 2021). Orang Minahasa sering menggunakan
dalam Tarian kabasaran dalam melindungi dirinya (Nismawati et al., 2021). Dulu tameng di
gunakan untuk berperang melawan musuh. Fungsinya ialah untuk sistem pertahan jika musuh
menyerang (Indrawan, 2018).
Tarian kabasaran merupakan simbol kebaranian Suku Minahasa (Rahman, 2022). Tarian
ini awalanya merupakan tarian perang. Tarian kabasaran hanya dilakukan oleh Waranei yaitu
penjaga keamanan desa di Minahasa sekaligus pajurit perang (Rahman, 2022). Dalam
kesahariannya mereka di kenal sebagai masyrakat biasa namun ketika daerah minahasa
terancam oleh serang musuh, penari kabasaran pajurit perang. Berdasarkan adat Minahasa, tidak
semua lelaki Minahasa dapat menajdi penari Kabasaran. Yang menjadi penari biasanya
keturunan dari sesepuh penari kabasaran. Karena sifatnya yang turun menurun itulah setiap
penari kabasaran memilik senjata warisan. Senjata warisan ini harus dibawa oleh penari ketika
pertunjukan tari kabasaran dimulai.
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
79
Lobster
Gambar 5. Lobster
Sumber: (hhtps:google)
Lobster air tawar adalah crustacea yang menyerupai lobster dan hidup di air tawar yang
tidak dapat membeku sampai ke dasar (Sukmajaya & Suharjo, 2003). Ikan ini dapat hidup di
berbagai tempat dimana ada air yang mengalir dan memiliki tempat untuk berlindung. Lobster
air tawar merupakan salah satu sumber daya alam Danau Tondano (Jamlean et al., n.d.).
Pengambilan konsep dasar bentuk lopster ini di karena lopster merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang langka di danau tondano dan banyak di sukai oleh kalangan masyrakat lokal
maupun mancangera salah satunya negara singapura. Bentuk lobster di sesuaikan lagi dari latar
belakang yang menafaatkan sumber daya alam Danau Tondano.
Konsep Site
Dalam penataan Site bentuk yang di gunakan adalah konsep bentuk yang diadaptasi dari
lobster. Lobster adalah salah satu hasil kekayaan dari Danau Tondano. Kebudayaan masyarkat
pingir Danau Tondano adalah sebagai nelayan untuk mencari penghasilan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kebiasaan sebagai nelayaan sudah menjadi turun menurut yang di
lakukan masyarakat pingir danau tondano tetapi tidak semua masyrakat di Danau Tondano
memiliki profesi sebagai nelayan.
Di danau Tondano banyak sekali terdapat pontesi kekayaan alam seperti pemadangan
yang indah yang di kelilingi oleh pergunungan dan datar tinggi serta salah satu penghasil ikan
air tawar seperti ikan gabus, ikan payangka, nike, mujair dan lopster. lopster Di Danau Tondano
salah satu jenis kekayaan alam Danau Tondano yang memiliki rasa dan ciri khas sendiri dengan
lopster lainnya. Lopter Danau Tondano sangat di minati oleh pasar singapura karena memiliki
ciri khas rasa dan lebih lezat.
Seperti yang di jelaskan di latar belakang bahwa perancangan ini memanfaatkan pontesi
yang ada di Danau Tondano dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakluar. Sehingga
pengambilan bentuk mengambil bentuk lopster tetapi tetap menerapakan budaya minahasa.
Gambar 6. Tranformasi Site
Sumber (Analisa Pribadi)
Konsep Bangunan
Bangunan Utama
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
80
Pada bangunan utama akan menekatkan prinsip Rumah Tradisional Adat Minahasa
yang kemudian disesuaikan dengan konsep Arsitektur Neo-Vernakluar. Rumah Tradisional
Adat Minahasa atau di kenal dengan Rumah Walewangko atau rumah pewaris yang di
golongkan sebagai rumah panggung. Yang menjadi ciri khas dari Rumah Tradisional Adat
Minahasa terletak pada bagian depan bangunan. Dimana susunan tangga berjumlah dua yang
terletak pada bagian kiri dan kanan. Dua buah tangga ini di Yakini sebagai pengusir roh jahat,
jika roh jahat masuk dari tangga kiri maka akan keluar dari tangga kanan.
Adapun ciri Khas Rumah Tradisional Adat Minahasa (rumah walewangko) yaitu sebagai
berikut:
1. Rumah Pangung dan 2 lantai
2. Ada dua tangga yang berlawanan dari arah kiri dan arah kanan
3. Ada pagar berukiran yang mengelilingi ruang serambi (teras)
4. Penyusunan kayu dan penggunaan material kayu
Gambar 7. Tranformasi Bangunan Utama
Sumber (Analisa Pribadi)
Pada bangunan utama seperti pada gambar 7. (Konsep Bangunan Utama Peracancangan
Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahsa) diatas. Mengambalikan unsur-unsru budaya Rumah
Tradisional Adat Minahasa Yaitu bagian atap bangunan, penyusunan kayu, pagar yang
mengelilingi ruang serambi (teras), penggunaan tangga bagian kiri dan kanan). Sedangkan pada
bagian belakang bangunan menggunakan prinsip penyusunan kayu dan material pada
bangunan Rumah Tradisional Adat Minahasa. Yang kemudian akan di sesuaikan dengan jumlah
pengguna pada bangunan dan Analisa site pada lokasi percangan.
Bangunan Suvernir
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
81
Gambar 9. Tranformasi Bangunan Suvernir
Sumber: (Analisa Pribadi)
Gambar 9. (Konsep Bangunan Suvernir Pusat Kuliner Danau Tondnao Di Minahsa) Diatas
Mengambalikan unsur-unsru budaya Rumah Tradisional Adat Minahasa Yaitu bagian atap
bangunan, pagar yang mengelilingi ruang serambi (teras), penyusuanan material (material
kayu), dan tangga Rumah Tradisional Adat Minahasa. Dan di sesuaikan dengan konsep
perancangan Arsitektur Neo-Vernakular dan lokasi di perancangan.
Bangun Outdoor Wedding
Gambar 10. Tranformasi Bangunan Outdoor Wedding
Sumber: (Analisa Pribadi)
Gambar 10. (Konsep Bangunan Indoor Wedding Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahsa)
Diatas Mengambalikan unsur-unsru budaya Minahasa yaitu tameng. Dan di sesuaikan dengan
konsep perancangan Arsitektur Neo-Vernakular, fungsi bangunan dan lokasi di perancangan.
Bangunan Penginapan
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
82
Gambar 11. Tranformasi Bangunan Pernikahan
Sumber: (Analisa Pribadi)
Gambar 11. (Konsep Bangunan Indoor Wedding Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahsa)
Diatas Mengambalikan unsur-unsru budaya Minahasa yaitu tameng. Dan di sesuaikan dengan
konsep perancangan Arsitektur Neo-Vernakular, fungsi bangunan dan lokasi di perancangan.
Penerapan Tematik Dalam Arsitektur Neo-Vernakluar
Penggunaan Atap Bubungan
Gambar 12. Penerapan Atap Bubungan Bangunan Utama Pusat Kuliner Danau Tondano Di
Minahasa
Sumber: (Pribadi)
Penggunaan atap bubungan pada bangunan utama diambil dari prinsip atap Rumah
Tradisional Adat Minahasa berfungsi sebagai pelindung dari cuaca baik panas dan hujan.
Gambar 13. Implementasi Penerapan Atap Bubungan Bangunan Utama Pusat Kuliner Danau
Tondano Di Minahasa
Sumber: (Pribadi)
Pada Gambar 13. (Implementasi Penerapan Atap Bubungan Bangunan Utama Perancangan
Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahasa) diatas. Merupakan implementasi penerapan atap
minhasa pada bangunan.
Penggunaan Material Lokal
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
83
Material yang di gunakan dalam Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano Di
Minahasa yaitu menggunakan material kayu, baja dan kaca yang di sesuaikan dengan fungsi
masing bangunan dan disesuaikan dengan konsep Arsitektur Neo-Vernakluar.
Mengambalikan Bentuk-Bentuk Tradisional.
Bentuk bangunan di ambil dari bentuk dasar yaitu Rumah Tradisional Adat Minahasa
yaitu penggunaan atap minahasa, pagar yang mengelilingi serambi depan (teras), penyususan
kayu (dinding), dan tangga yang saling berhadapat. Tameng Minhasa dan Lopster salah satu
ikan air tawar yang terdapat di Danau Tondano.
Warna Yang Kontras
Warna yang di gunakan dalam Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano Di Minahasa
yaitu menggunakan warna alami (kayu) dan warna merah yang melambangkan warna
minahasa. Warna merah sering di gunakan dalam pakian tarian kabasaran Minahasa. Warna
yang menonjol adalah warna merah yang di gabungkan dengan warna hitam.
Konsep Struktur
Struktur Bawah
Untuk struktur bawah pada bangunan menggunakan pondasi borepile begitu juga
dengan struktur pondasi pada kantilever. Jenis pondasi bored pile sering digunakan untuk
pondasi bangunan 2 lantai sampai 4 lantai, dalam 3 tahun terakhir karena pondasi ini bertumpu
ditanah dalam sehingga dianggap mampu menahan beban bangunan yang berdiri diatas tanah
lunak, serta dari segi pembuatannya yang bias dibilang praktis dan efisien dari pada pondasi
dalam lainnya. Kelebihan pondasi bored pile adalah:
1. Alat sederhana dan praktis sehingga dapat mengerjakan ditempat / lokasi padat
perumahan bahkan di bekas bangunan yang belum dibongkar.
2. Cara pembuatan pondasi strauss pile tidak membutuhkan waktu yang lama, kapasitas 1set
alat dapat mengerjakan kurang lebih 25 meter atau 4 s/d 5 titik perhari bila kedalaman 6
meter.
3. Pondasi bertumpu di tanah dalam sehingga resiko penurunan pondasi yang mengakibatkan
dinding retak dapat diminimalisir.
Gambar 14. Struktur Brode Pile
Sumber: (hhtps:google)
Struktur Tengah
Struktur Tengah bangunan adalah kombinasi struktur beton bertukang dan balok
kontruksi. Struktur dan balok konstruksi yang di gunakan pada bangunan adalah beton. Struktur
utama rangka yang terdiri dari komposisi elemen linear (kolom atau balok), elemen bidang (plat
lantai) yang membentuk kerangka yang kaku. Struktur penutup dinding menggunakan kayu,
semen dan kaca.
Struktur Atas
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
84
Struktur atap pada bangunan yang dipakai adalah struktur rangka kayu. Sedangkan
bentuk atap menyesuaikan konsep bangunan yaitu Arsitektur Neo-Vernakular yang
menggunakan atap bubungan.
Bangunan Utama
Gambar 15. Struktur Bangunan Utama
Sumber: (Pribadi)
Struktur atas menggunakan struktur beton dan struktur kuda-kuda kayu. Struktur
tengah menggunakan struktur beton (kaku) dan struktur bawah menggunakan pondasi brode
pile.
Bangunan Suvernir
Gambar 16. Struktur Bangunan Suvernir
Sumber: (Pribadi)
Struktur atas menggunakan struktur kuda-kuda kayu. Struktur tengah menggunakan
struktur beton (kaku) dan struktur bawah menggunakan pondasi brode pile.
Bangunan Indoor Wedding
Gambar 17. Struktur Bangunan Indoor Wedding
Sumber: (Pribadi)
Struktur atas menggunakan struktur Atas menggunakan kuda kuda kayu, Struktur
tengah menggunakan struktur beton (kaku) dan struktur bawah menggunakan pondasi brode
pile.
Bangunan Penginapan
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
85
Gambar 18. Struktur Bangunan Penginapan
Sumber: (Pribadi)
Struktur atas menggunakan struktur kuda-kuda kayu. Struktur tengah menggunakan
struktur beton (kaku), Tali baja (sebagai pengikat) struktur bawah menggunakan pondasi brode
pile.
Hasil Desain
Gambar 19. perspektif kawasan 1
Sumber: (pribadi)
Gambar 20. Perspektif bangunan Utama 1
Sumber: (pribadi)
Gambar 21. Perspektif bangunan uatama 2
Sumber: (pribadi)
Gambar 22. Perspektif bangunan utama
Jurnal Teknik Indonesia
E-ISSN: 2963-2293 | P-ISSN: 2964-8092
DOI: 10.58860/jti.v2i3.22
86
Sumber: (pribadi)
Gambar 23. Perspektif Suvernir
Sumber: (pribadi)
Gambar 24. Perspektif bangunan Outdoor Wedding
Sumber: (pribadi)
Gambar 25. Perspektif bangunan Penginapan
Sumber: (pribadi)
Kesimpulan
Hasil Rancangan Pusat Kuliner Danau Tondano dapat menyediakan fasilitas-fasilitas
yang mampu mewadahi pontensi yang ada. Hasil Rancangan Pusat Kuliner Danau Tondano
yang Khas dan menarik dengan penerapan dari Arsitektur Neo-Vernakular.
Daftar Pustaka
Damela, A. (2021). Kajian Sosiologis Ritual Tari Poang Suku Sakai Di Kecamatan Minas Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Universitas Islam Riau.
Indrawan, J. (2018). Perubahan paradigma pertahanan Indonesia dari pertahanan teritorial
menjadi pertahanan maritim: sebuah usulan. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 5(2), 93114.
Jamlean, Y. G., Bataragoa, N. E., & Tombokan, J. L. (n.d.). Penangkapan Dan Hubungan Panjang-
Berat Lobster Air Tawar Cherax Quadricarinatus Von Martens, 1868 Di Danau Tondano
Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.(Catch And Length-Weight Relationship
Of Freshwater Lobster, Cherax Quadricarinatus Von .
Moningka, O., & Suprayitno, H. (2019). Identifikasi Awal Tujuan Wisata di Provinsi Sulawesi
Utara bagi Kajian Manajemen Pariwisata. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas, 3.
Perancangan Pusat Kuliner Danau Tondano di Minahasa
Muhammad Gali Azari, M.Y. Noorwahyu Budhyowati, Ferrly Ferol Warouw
87
Muhammad, M., Maradjado, C. A., & Nurdin, N. (2021). Perancangan Aplikasi Pengenalan
Rumah Adat Berbasis Android. Jurnal Elektronik Sistem Informasi Dan Komputer, 4(2), 2336.
Nismawati, N., Oruh, S., & Agustang, A. (2021). Eksistensi Tari Kabasaran Pada Masyarakat
Minahasa. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(4).
Nugraha, I. W. A. R. (2023). Pengaturan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan dan
Pemberlakuan Sanksi Pidana Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Menurut Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan
Dan Kemasyarakatan, 17(2), 12311246.
PUTRI, L. T., & IRFANDI, N. (2019). Analisis Pengaruh Daya Tarik Wisata Kuliner Malam
(WKM) terhadap Kunjungan Wisatawan di Kota Pekanbaru. IKRAITH-EKONOMIKA, 2(2),
132140.
Rahman, E. Y. (2022). (2022). Tarian Adat Kabasaran di Minahasa (Analisis Nilai Budaya dan
Peluangnya sebagai Sumber Pendidikan Karakter). JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan),
6(1).
Rasyidah, K. (2018). hmadiono, MEI, 2018: Strategi Pengembangan Potensi Wisata Religi di Kabupaten
Sumenep (Studi Kasus Wisata Religi Asta Tinggi Sumenep). Universitas Islam Negeri Kiai Haji
Achmad Siddiq Jember.
Ridha, C. U. (2020). Perancangan Pusat Wisata Kuliner Khas Aceh di Banda Aceh. UIN AR-RANIRY.
Sudrajat, A., & Bintoro, A. (2016). Pengukuran konsentrasi ortofosfat di Danau Tondano. Buletin
Teknik Litkayasa Sumber Daya Dan Penangkapan, 14(2), 127133.
Sukmajaya, I. Y., & Suharjo, I. (2003). Lobster air tawar; komoditas perikanan prospektif. AgroMedia.
Tanod, L. M., Areros, W., & Londa, V. (2020). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Objek
Pariwisata Alam Pantai Kombi di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Administrasi Publik, 6(98).
Triatmo, G. J., Sondakh, J. A. R., & Tarore, R. D. C. (2021). Pusat Wisata Air Di Tondano, Waterfront
Architecture. Sam Ratulangi University.